Selasa, 10 September 2013

CERPEN TUGAS SEKOLAH

Temanku Sepedaku

                Suatu hari ketika umurku masih hitungan jari yaitu sekitar 6 tahun atau kelas 1 sd, aku merupakan anak yang aktif atau bisa dibilang tidak mau diam. Sampai saat ketika aku bermain  aku sering mendapatkan luka karena ulahku yang terlalu aktif sampai sampai aku terluka karena terjatuh. Ketika aku bermain di sore hari tepatnya didepan rumahku, aku melihat teman-temanku bermain sepeda. Aku pun mencoba meminjam sepeda milik temanku. Namun bukannya lancar bersepeda, saat aku menungganginya pun aku terjatuh sampai-sampai luka kakiku. Disitu aku di tertawakan habis-habisan oleh teman-temanku. Aku malu dan aku pun menangis. Untungnya tempat aku terjatuh tidak jauh dari rumahku, aku langsung lari kedalam rumah dengan rasa malu dan sakit. Aku diobati oleh ibuku, disitu ibuku memarahiku dan berkata padaku “ Kamu yah macam-macam saja jadi anak!! Lain kali jangan ulangi lagi!!”. Aku hanya tertunduk patuh kepada ibuku.

                Besoknya, aku berangkat sekolah. Sekolahku tidak terlalu jauh dari rumah mungkin sekitar 200 meter dari rumah. Saat aku melangkahkan kaki keluar dari pagar, teman-temanku mengejeku dengan mengendarai sepedanya masing-masing. “Hahaha, yang nggak bisa pake sepeda kasian harus jalan”. Aku tidak meladeni mereka, aku menahan emosiku. Sampailah aku di gerbang sekolah, banyak teman-temanku yang masih bermain sepeda dihalaman sekolah karena memang halaman sekolahku memang sangat luas mungkin sama dengan luas lapang sepakbola. Untuk menuju kelasku, aku harus berjalan menyusuri luasnya halaman sekolahku yang amat luas. Saat aku menyebrangi halaman sekolah yang sedikit penuh oleh teman-temanku yang masih bermain sepeda sebelum bunyi bel masuk. Saat aku telah sampai di tengah-tengah halaman, aku dikerumuni oleh teman-temanku yang mengendarai sepeda. Disitu aku pun diledek oleh teman-teman yang mengendarai sepeda. Setelah saat aku baru keluar pagar rumah aku diejek dan sekarang aku di sekolah masih juga diejek aku mulai geram dan sudah susah mengendalikan emosi. Dari situ wajahku memerah dan aku berteriak pada semua teman-temanku, “ Liat nanti ! aku akan jago bersepeda !”. Lalu teman-temanku tertawa. “ Emang kamu bisa pake sepeda? “. Aku menjawab, “ Liat nanti aku akan berlatih untuk bisa bersepeda! “. 

                Setelah bel masuk teman-teman yang tadi bersepeda pun segera memarkirkan sepedanya masing-masing di depan kelas. Saat Ibu guru datang, pandangan mata Ibu guru tertarik pada diriku yang saat itu sedang tertunduk malu karena diejek oleh teman-temanku. Ibu guru pun mendatangiku dan bertanya, “Kamu kenapa nak?”. “Aku tidak apa-apa bu”. Aku menjawab. Lalu pada saat itu ada temanku yang bilang. “ Dia diejek oleh teman yang lain buu ! “. Dan Ibu guru pun segera mendatangiku kembali. “Kamu berbohong? Segera ceritakan pada ibu apa yang terjadi pada dirimu?”. Lalu aku menjelaskan pada Ibu guru apa yang terjadi pada diriku sejak aku keluar dari rumah sampai aku tiba di halaman sekolah.  

                Bel pulang sekolah pun tiba. Aku sangat senang karena bisa pulang dari kegiatan sekolah. Saat aku diperjalanan menuju pulang ke rumah aku pun diejek lagi oleh teman-teman sambil mengendarai sepeda mereka. Sungguh tidak ada habis-habisnya mereka mengejeku. Apa sebenarnya yang mereka inginkan dengan mengejeku. Aku berlari dan menjauh dari teman-teman yang mengejeku. Aku segera datang ke rumah dengan cepat. Setelah tiba dirumah aku pun sejenak istirahat di teras depan rumahku. Setelah sore tiba, aku melihat tetanggaku sekaligus saudara yaitu yang bernama Gerry dan Gita. Mereka adalah kakak adik, hanya terpaut setahun antara Gerry dan Gita. Gerry yang tidak lain adalah kakak dari Gita umurnya terpaut 4 tahun denganku. Aku memanggilnya a Gerry. Pada saat itu a Gerry dan teh Gita sedang mempersiapkan sepeda yang mereka miliki. Saat itu teh Gita memanggilku dan mengajaku bersepeda. Saat itu aku menjawab,” Teh, aku tidak bisa mengendarai sepeda!”. Teh Gita berkata, “ Udah nanti kita ajarin deh! “. “ Masa sih teh? Boleh deh!”. Disitu aku sangat semangat dan sangat ingin belajar bersepeda. Sungguh tidak terpikirkan sebelumnya oleh benakku untuk belajar bersepeda dengan mereka. Aku pun minta ijin terlebih dahulu kepada Ibuku yang pada saat itu sedang menyirami tanaman di halaman rumah. Ibuku pun mengijinkan aku untuk belajar bersepeda dengan a Gerry dan teh Gita. 

                Tahapan pertama aku belajar bersepeda adalah belajar menjaga keseimbangan dengan meluncur. Cara aku meluncur pada saat itu adalah dengan didorong oleh a Gerry. Saat itu aku terjatuh bekali-kali. Aku tidak putus asa, aku terus berusaha supaya aku bisa. Setelah beberapa kali aku meluncur dengan didorong dan hasilnya aku bisa. Lalu tahapan selanjutnya adalah mengayuh sepeda. Memang sangat susah untuk awal-awal. Apalagi aku yang baru mencoba belajar. Untuk awal aku belajar bersepeda aku belum mendapatkan apa-apa. Bahkan aku beberapa kali terjatuh karena berusaha untuk menyeimbangkan keadaan ketika meluncur. Beberapa luka di lutut pun tak terlewatkan. Aku diobati oleh teh Gita dengan menggunakan betadin dan sedikit balutan perban. Memang tidak mudah untuk belajar mengendarai sepeda. Aku yakin aku bisa dan aku tidak menyerah. 

                Keesokan harinya adalah hari minggu. Aku pun bangun pagi-pagi. Ibu dan Ayahku sangat heran dan bertanya-tanya mengapa aku bangun sangat pagi. Dari situ Ibuku mengerti dan sudah tau aktivitas apa yang akan aku jalani. Lalu aku keluar rumah dan segera mengetuk pintu rumah a Gerry dan teh Gita. Ternyata mereka masih tertidur pulas, mereka pun dibangunkan oleh Ibunya yang tidak lain adalah Bibiku. Mereka pun segera ke kamar mandi namun tidak untuk mandi tapi untuk membasuh wajahnya yang terlihat seperti bangun tidur. Lalu aku pun dengan semangat membawa sepeda milik a Gerry keluardari rumah a Gerry. Memang, saat itu aku belum memiliki sepeda sendiri. Untuk belajar bersepeda aku masih menggunakan sepeda milik a Gerry. Saat aku memulai latihan untuk bersepeda ada beberapa teman-temanku lewat dengan menggunakan sepeda, mereka adalah teman-temanku saat disekolah mengejeku. Mereka terperangah saat melihat aku sedang belajar bersepeda. Mungkin mereka tidak menyangka aku akan segera bisa untuk menunggangi sepeda. Aku pun segera memulai latihan pada saat itu dan sungguh menggembirakan karena ada kemajuan pada diriku. Dimana aku lebih bisa menyeimbangkan pada saat bersepeda

PUISI TENTANG TUMBUHAN



BENALU
Revi Fahreza
Benalu memang mengganggu
Benalu merugikan selalu
Benalu tidak selembut kalbu
Benalu seperti tidak malu 

                Mengganggu tempat yang dihinggapinya
                Merugikan pohon yang ditempatinya
                Namun, kadang benalu membuat untung
                Membuat untung sebagai tempat hinggap burung

Benalu seperti lambang kehidupan
Tak semua yg kita jalani benar
Tak semua juga yg kita jalani salah
Seperti benalu yang hinggap di ranting pohon


PUISI TENTANG INDONESIA



NEGERIKU PENUH WARNA
Revi Fahreza
Warna tidak semuanya indah
Warna tidak seluruhnya cerah
Warna tidak membawa berkah
Warna memang misteri

Itulah negeriku...
                Merah putih benderaku
                Kokoh berkibar di seninku
                Yang tersebar di alamku

                                Pahit manis seperti biasa di negeri ini
                                Namun..
                                benar dan salah seperti tidak impas
                                kejujuran seperti barang langka di negeri ini

Janji pemilu yang berhamburan
Tidak semua berisikan kebenaran
Kadang berisi sejuta kebohongan
Dan kadang janji yang tak terlaksanakan

                Kata kata berbisa
                Mulut mulut yang berbusa
                Omong kosong para pembual bangsa
                Seolah olah kami bodoh dan bisa dibohongi

Di Negeri ini apa saja bisa terjadi
Warna hitam bisa menjadi putih
Begitu pun sebaliknya
Hukum seperti mudah dipermainkan